Sebetulnya memformulasikan apa peran PR dalam organisai bukanlah hal
yang mudah.
Beberapa penulis mencoba memetakan bahwa pada dasarnya peran PR
dalam sebuah organisasi adalah sebagai berikut:
1. Communication Tehnician
Beberapa praktisi memasuki dunia PR ini sebagai teknis. Pada tahap ini
kemampuan jurnalistik dan komunikasi sangat diperlukan. PR diarahkan untuk
berperan menulis, menulis news letter, menulis in house journal, menulis news
release, menulis feature, dll. Biasanya praktisi dalam peran ini tidak hadir
pada saat manajemen menemui kesulitan. Mereka tidak dilibatkan dalam manajemen
sebagai pengambil keputusan. Peran mereka lebih ke arah penulisan tools dan
mengimplementasikan program. Mereka sebagai "the last to know"
2.Expert Prescriber
Praktisi PR sebagai pendefinisi problem, pengembang program dan
memeiliki tanggungjawab penuh untuk mengimplementasikannya. Mereka sebagai
pihak yang pasif. Manajer yang lainnya menyerahkan tugas komunikasi sepenuhnya
ke tangan si "komunikasi" ini. sehingga mereka dapat mengerjakan
pekerjaan mereka yang lainnya.Tampaknya bangga karena PR semacam ini
dianugerahi kepercayaan tinggi tetapi karena tidak adanya keterlibatan top
manajemen dalam peran PR maka PR seolah terisolir dari perusahaan. Ia sibuk
sendiri dengan pekerjaannya.
Di pihak manajemen mereka juga menjadi sangat
tergantung kepada PR nya. Mereka menjadi minim komitmen kepada tugas – tugas
PR, padahal seperti diketahui seharusnya tugas PR harusnya dilakukan oleh
semua orang yang ada dalam sebuah perusahaan,
Dalam hal diffusi peran dan fungsi PR sehingga mereka paham spirit
perlunya PR bagi perusahaan menjadi rendah dan tidak akan tersosialisasi bahkan
terburuk akan hilang kepercayaan top manajemen akan fungsi PR bagi sebuah
organisasi. Hal ini akan terjadi apabila top manajemen banyak merasa
dikecewakan oleh PR yang dianggap mereka sebagai pakar.
3.Communication Facilitator
PR sebagai pendengar setia dan broker informasi. Mereka sebagai
penghubung, interpreter dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka
mengelola two way communicationnya dengan cara membuka rintangan komunikasi
yang ada/yang terjadi. Tujuannya dalam hal ini adalah untuk menyediakan
kebutuhan dua belah pihak akan informasi, membuat kesepakatan yang melibatkan
minat keduabelah pihak.
Para pelaku dengan peran ini menempatkan dirinya sebagai sumber informasi dan sebagai kontak antara organisasi dan publiknya. Sebagai wasit dari interaksi, memantapkan agenda yang akan didiskusikan antara dua belah pihak, menyimpulkan pandangan, bereaksi terhadap kasus, membantu partisipan mendiagnosa masalah, membantu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan komunikasi. Mereka menjadi boundary spanner antara perusahaan dan publiknya. Mereka bekerja di bawah asumsi bahwa two way communication mampu meningkatkan kualitas pengambilan keputusan organisasi dan publik dalam hal prosedur, kebijakan, serta tindakan lain yang berhubungan dengan minat kedua belah pihak.
Para pelaku dengan peran ini menempatkan dirinya sebagai sumber informasi dan sebagai kontak antara organisasi dan publiknya. Sebagai wasit dari interaksi, memantapkan agenda yang akan didiskusikan antara dua belah pihak, menyimpulkan pandangan, bereaksi terhadap kasus, membantu partisipan mendiagnosa masalah, membantu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan komunikasi. Mereka menjadi boundary spanner antara perusahaan dan publiknya. Mereka bekerja di bawah asumsi bahwa two way communication mampu meningkatkan kualitas pengambilan keputusan organisasi dan publik dalam hal prosedur, kebijakan, serta tindakan lain yang berhubungan dengan minat kedua belah pihak.
4.Problem Solving Facilitator
Mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan
memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dalam manajemen stratejik perusahaan.
Bergabung dengan konsultan mulai dari awal direncanakan program hingga
evaluasinya. Membantu manajemen menerapkan PR sebagai tahapan fungsi manajemen
yang sama dengan kegiatan manajemen yang lain.
PR berfungsi sebagai bagian penting penganalisis situasi, memiliki peran
yang intens dalam pengembangan prosedur, kebijakan, produk dan aksi perusahaan.
Mereka juga memiliki power mengubah sesuatu yang seharusnya diubah. Mereka
harus terlibat dalam segala bentuk perubahan organisasi.
Melalui peran ini mereka menjadi paham spirit setiap program baik
motivasi maupun tujuan mengapa program harus dilaksanakan, mereka mensupport
perubahan strategis organisasi, keputusan yang sifatnya taktis dan memiliki
komitmen pada perubahan dan mampu menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam rangka pencapaian tujuan program.
Mereka dimasukkan sebagai tim manajemen karena mereka mampu menunjukkan
kemampuan dan nilai dalam membantu manajemen menangani serta menyelesaikan
permasalahan
0 komentar:
Posting Komentar