KONSEPTUAL TEORITIK YANG MENDASARI ANALISIS
- WACANA IDEOLOGI
Makna itu diproduksi secara dinamis, baik dari sisi pembuat maupun khalayak pembaca. Keduanya memiliki andil dalam proses pemaknaan, pada titik inilah ideologi bekerja. Menurut Raymond William mengklasifikasikan penggunaan ideologi tersebut dalam tiga ranah yaitu:
a. Sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok kelas tertentu.
Definisi ini terutama dipakai oleh kalangan psikologi yang melihat ideologi sebagai seperangkat sikap yang dibentuk dan diorgnisasikan dalam bentuk yang koheren. Ideologi bukan sistem unik yang dibentuk oleh pengalaman seseorang, tetapi ditentukan oleh masyarakat di mana ia hidup, posisi sosial dia, pembagian kerja, dan sebagainya.
b. Sebuah sistem kepercayaan yang dibuat, ide palsu atau kesadaran palsu yang bisa dilawankan dengan pengetahauan ilmiah.
Ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu di mana kelompok yang berkuasa atau dominan menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain yang tidak dominan. Di sini, ideologi disebarkan lewat berbagai instrumen dari pendidikan, politik, sampai media massa. Ideologi di sini bekerja dengan membuat hubungan-hubungan sosial tampak nyata, wajar, dan alamiah, dan tanpa sadar kita menerima kebenaran.
c. Proses umum produksi makna dan ide.
Ideologi di sini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan produksi makna. Di sini, ada suatu proses produksi makna dan ide yang terlihat jelas dalam teks dengan berbagai komentar yang ada, dan diterima apa adanya tanpa dipertanyakan.
- INTERPELASI
Ideologi dalam pengertian Althusser selalu memerlukan subjek, dan subjek memerlukan ideologi. Ideologi adalah hasil rumusan dari individu-individu tertentu. Keberlakuannya menuntut tidak hanya kelompok yang bersangkutan akan tetapi selain membutuhkan subjek ideologi juga menciptakan subjek. Usaha inilah yang dinamakan interpelasi. Ideologi dalam pandangan Althusser bukan hanya membutuhkan subjek tetapi juga menciptakan subjek. Dengan kata lain ideologi menempatkan seseorang bukan hanya posisi tertentu dalam suatu relasi sosial, tetapi juga hubungan antara individu dengan relasi sosial tersebut. Dan relasi tersebuat adalah imajiner karena ia bekerja melalui pengenalan atau pengakuan dan identifikasi untuk menempatkan atau menyapa seseorang dalam posisi seseorang. Ideologi menginterpelasi individu sebagai subjek dan menempatkan seseorang dalam posisi tertentu. Konsep interpelasi adalah konsep yang penting dalam dunia komunikasi. Semua tindakan komunikasi, menurut John Fiske, pada dasarnya menyapa seseorang, dan dalam penyapaan atau penyebutan itu selalu terkandung usaha menempatkan seseorang dalam posisi dan hubungan sosial tertentu. Dalam penyapaan dan penyebutan itu dan dalam menanggapi komunikasi, kita berpartisipasi dalam lingkungan sosial kita, dan lebih ideologis, konstruksi. Semua tindakan komunikasi pada dasarnya adalah proses interpelasi yang menempatkan individu dalam subjek tertentu. Dua konsekuensi dari penyapaan dan komunikasi ini adalah pertama, bagaimana wartawan atau lebih luas media menempatkan khalayak pembacanya dalam posisi tertentu. Kedua, bagaimana khalayak menempatkan dirinya dalam kisah dan berita yang disajikan media.
- REPRESENTASI
Istilah representasi sendiri menunjuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Representasi ini penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok, atau gagasan tersebutditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto macam apa seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak. Persoalan utama dalam representasi adalah bagaimana realitas atau objek tersebut ditampilkan? Pada level pertama, adalah peristiwa yang ditandakan sebagai realitas. Pada level kedua, bagaimana realitas itu digambarkan. Pada level ketiga, bagaimana peristiwa tersebut diorganisir ke dalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis.
TOKOH-TOKOH YANG TERKAIT DENGAN KONSEPTUAL TEORITIK YANG MELANDASI ANALISIS WACANA
- ALTHUSSER
Inti dari gagasan Althusser adalah mengkombinasikan teori narsis dan psikoanalisis. Ada dua gagasan Althusser, pertama mengenai interpelasi yang berhubungan dengan pembentukkan subjek ideologi dalam masyarakat. Argumentasi dasarnya adalah organ yang secara tidak langsung mereproduksi kondisi-kondisi produksi dalam masyarakat. Gagasannya yang kedua adalah mengenai kesadaran. Kalau interpelasi berhubungan dengan begaimana individu ditempatkan sebagai subjek dalam tata sosial, maka kesadaran berhubungan dengan penerimaan individu tentang posisi-posisi itu sebagai suatu kesadaran. Mereka menerima hal itu sebagai suatu kenyataan, suatu kebenaran.
- FOUCAULT
Konsep Foucault mengenai wacana adalah bagaimana wacana diproduksi, siapa yang memproduksi, dan apa efek dari produksi wacana. Salah satu yang menarik dari konsepnya adalah tesisnya mengenai hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan. Kuasa menurutnya tidak dimiliki tetapi dipraktekkan dalam suatu ruang lingkup dimana ada banyak posisi yang secara strategis berkaitan satu sama lain. Kuasa tidak datang dari luar tetapi menentukan susunan, aturan-aturan, dan hubungan-hubungan itu dari dalam. Kekuasaaan baginya, selalu terakulasikan lewat pengetahuan, dan pengetahuan selalu punya efek kuasa. Penyelenggaraan kekuasaan menurutnya slalu memproduksi pengetahuan sebagai basis dari kekuasaannya. Hampir tidak mungkin kekuasaan tanpa ditopang oleh suatu ekonomi politik kebenaran. Konsepnya ini membawa konsekuensi untuk mengetahui kekuasaan dibutuhkan penelitian mengenai produksi pengetahuan yang melandasi kekuasaan. Karena setiap kekuasaan disusun, dimapankan, dan diwujudkan lewat pengetahuan dan wacana tertentu. Wacana tertentu menghasilkan kebenaran dan pengetahuan tertentu yang menimbulkan efek kuasa. Kebenaran bukan suatu yang abstrak, tetapi ia diproduksi, setiap kekuasaan menghasilkan dan memproduksi kebenaran sendiri melalui mana khalayak digiring untuk mengikuti kebenaran yang telah ditetapkan tersebut. Menurut nya kuasa tidak bersifat subjektif. Kuasa tidak bekerja secara negatif dan represif, melainkan dengan cara positif dan produktif. Strategi kuasa bekerja melalui normalisasi dan regulasi, menghukum dan membentuk publik yang disiplin. Publik tidak dikontrol lewat kekuasaan yang sifatnya fisik tetapi dikontrol, diatur, dan didisiplinkan lewat wacana. Kekuasaan dalam pandangaannya disalurkan melalui hubungan sosial, dimana memproduksi bentuk-bentuk kategorisasi perilaku sebagi baik atau buruk, sebagai bentuk pengendalian perilaku lebih dari secara sederhana digambarkan sebagai bentuk restriksi.
- ROGER FOWLER, ROBERT HODGE, GHUNTER KRESS, DAN TONY TREW
Dalam membangun model analisisnya Roger Fowler, dkk mendasarkan pada penjelasan Halliday mengenei struktur dan fungsi bahasa. Fungsi dan struktur bahasa ini menjadi dasar struktur tata bahasa, dimana tata bahasa itu menyediakan alat untuk dikomunikasikan kepada khalayak. Yang dilakukan oleh Roger dkk, adalah meletakkan tata bahasa dan praktik pemakaiannya tersebut untuk mengetahui praktik ideologi. Yang menjadi titik perhatian penganalisisan teks berita dengan memakai kerangka yang dibuat oleh Fowler, dkk adalah pada praktik pemakaian bahasa yang dipakai. Ada dua hal yang dapat diperhatikan:
a. Kata
Kata-kata yang digunakan bukan hanya penanda atau identitas tetapi dihubungkan dengan ideologi tertentu, makna apa yang ingin dikomunikasikan pada khalayak, serta pihak-pihak yang diuntungkan dan mana pihak yang dirugikan dengan pemakaian kata tersebut.
b. Susunan Kata / Kalimat
Yang ditekankan disini ialah bagaimana pola pengaturan, penggabungan, penyusunan tersebut menimbulkan efek tertentu, apakah membuat satu pihak diuntungkan atau punya citra positif dibandingkan pihak lain atau peristiwa tertentu dipahami dalam katagori tertentu yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan kategori pemahaman lain.
- THEO VAN LEEUWEN
Leeuwen memeprkenalkan model analisis wacana untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu keompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya, sementara kelompok lain yang posisinya rendah cenderung untuk terus menerus sebagai objek pemaknaan, dan digambarkan secara buruk. Analisis Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor (bisa seseorang atau kelompok) ditampilkan dalam pemberitaan. Ada dua pusat perhatian yaitu:
a. Proses pengeluaran (exclusion).
Apakah dalam suatu teks berita ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan, dan strategi wacana apa yang dipakai untuk itu. Proses pengeluaran ini secara tidak langsung bisa mengubah pemahaman khalayak akan suatu isu dan melitimasi posisi pemahaman tertentu.
b. Proses pemasukan (inclusion).
Inclusion berhubungan dengan pertanyaan bagaimana masing-masing pihak atau kelompok itu ditampilkan dalam pemberitaan. Proses inclusion ini juga menggunakan strategi wacana dengan memakai kata, kalimat, informasi atau susunan bentuk kalimat tertentu, cara bercerita tertentu, masing-masing kelompok direpresentasikan dalam teks.
PERBEDAAN KARAKTERISTIK ANALISIS ISI MEDIA YANG KONVENSIONAL DENGAN ANALISIS WACANA KRITIS
Pembeda
|
Analisis isi
|
Analisis wacana kritis
|
Sifat
|
Kuantitatif
|
Kualitatif
|
Teks atau pesan yang diteliti
|
Teks komunikasi yang bersifatmanifest (nyata)
|
Teks komunikasi yang bersifat laten (tersembunyi)
|
Kualitas pesan
|
Hanya mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what)
|
Lebih kepada “bagaimana ia dikatakan” (how)
|
Tujuan
|
Melakukan generalisasi, bahkan melakukan prediksi
|
Tidak untuk melakukan generalisasi
|
Baca Ini Juga : Model - Model Critical Discourse Analysis (CDA) Dan Critical Discourse Analysis (CDA)
DAFTAR PUSTAKA
Eriyanto. 2001, Analisis Wacana- Pengantar Analisis Teks Media, LKIS, Yogyakarta
Sobur, Alex. 2001, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Remaja Rosdakarya, Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar