Eni Setiati, ( 2005 : 77-79 ), mengatakan
ada 12 penyimpangan yang kerap dilakukan media massa, antara lain :
1. Memelintir
bahasa menggunakan bahasa sensional dan bombastis, teknik jurnalisme
omongan, dan mengutip sember yang tidak bisa dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
2. Mencampuradukan
realita dan kepalsuan ( pseudosophy ).
3. Awal
kekuasaan Orde Baru, pemerintah menerbitakan Angkatan Bersenjata dan Berita
Yudha untuk mengobarkan propaganda kepada rakyat terhadap kelompok PKI,
wartawan dan media bungkam pada saat menerima pengarahan dan kebohongan versi
militer yang diarahkan pemerintah.
4. Era
Orde baru, redaksi media massa kerap dijuluki pers Pancasila, kala itu jajaran
pemimpin redaksi menjalankan pesan/amanat dari Departemen Penerangan dan Mabes
ABRI dalam menjalankan isi redaksionalnya.
5. Dalam
konflik elit, media menggunakan teknik jurnalisme omongan dan jurnalisme
kekerasan dlam pemberitaannya, sehingga mengacaukan persepsi terhadap realitas
kebenaran. Memeng hal tersebut mengandung nilai berita tinggi, tetapi
penggambaran kekerasan atau konflik dapat memancing emosi masyarakat. Jangan
karena untuk menyenangkan target audiens dan opini publik, media melupakan
fanatisme sosial yang mudah memicu konflik yang lebih luas.
6. Menampilkan
headline dan judul berita yang berbeda ( misleading ) dengan isi berita
sehingga tidak sesuai dengan kenyataan.
7. Melakukan
dramatisasi fakta dengan tujuan mengobarkan kebencian dan permusuhan didalam
masyarakat.
8. Mengutip
pernyataan narasumber yang kontroversial, yang bisa menimbulkan konflik
terbuka.
9. Memunculkan
efek dari kata-kata bermakna ganda yang membingungkan pembaca.
10. Tidak objektif dalam
pemberitaan.
11. Media
sering dijadikan corong pengungkapan berita tertentu untuk kepentingan pemilik
modal media massa yang bersangkutan.
12. Media
terlalu menghamba terhadap selera pasar, padahal kemerdekaan sesungguhnya ada
pada mereka.
0 komentar:
Posting Komentar