This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

KEDUDUKAN PUBLIC RELATION DALAM ORGANISASI




Sebagai suatu pendukung manajemen, peran Humas sangat penting dan strategis bagi setiap organisasi. Tidak ada yang meragukan peran itu. Namun, kerap menjadi pertanyaan kemudian, apa dan bagaimanakah letak atau kedudukan Humas dalam struktur organisasi perusahaan, sehingga pada akhirnya peran yang diharapkan akan dilakukan Humas itu bisa terwujud? Dalam praktek, status dan besarnya perusahaan tidak otomatis diikuti oleh kesadaran untuk menyelenggarakan fungsi Humas pula. Perusahaan besar tidak selalu berarti memiliki departemen Humas yang besar pula. Banyak perusahaan besar yang ternyata memiliki departemen Humas yang kecil. Sebaliknya, perusahaan yang relatif kecil ternyata mempekerjakan banyak staf Humas,dan bahkan bagian Humas itu masih pula dibantu oleh konsultan Humas dari luar organisasi.

Kedudukan humas dalam organisasi dan kewenangan petugasnya tidak selalu dapat dinyatakan dengan tegas. Menurut John Tondowijojo, bila humas diakui sebagai bagian jajaran kebijakan pimpinan, maka humas harus berada langsung dibawah direksi. Humas harus mampu menyampaikan kebijaksanaan pimpinan, sehingga ia harus langsung berada dipihak yang berhubungan dengan pimpinan seluruh jajaran manajemen. Sedangkan menurut Renald Khasali, public relations merupakan fungsi manajemen yang sama pentingnya dengan pemasaran, produksi, keuangan dan SDM.

Menurut Tondowidjojo, kegiatan humas haruslah sistematis dan terencana, tetapi kadang-kadang juga perlu untuk berimprovisasi dan berinovasi. Suatu kebijakan harus dipertimbangkan, dirumuskan, direncanakan dan evaluasi. Untuk ini diperlukan analisis data yang diperoleh tentang organisasi dan lingkungannya. Seberapa jauh PR harus menapakkan kakinya ke peran internal atau fungsi eksternal, tentu saja sepenuhnya tergantung pada kebijakan manajemen. Hanya saja kalau kita menginjak pada tataran ideal fungsi PR, tentu saja keseimbangan peran internal dan eksternal adalah perlu. Seberapa jauh titik keseimbangan tersebut harus dijalankan tentu tergantung pada bidang gerak perusahaan/organisasi yang bersangkutan.

Semakin kuat kedekatan perusahaan dengan publik dengan sendirinya membutuhkan banyak konsentrasi untuk memerhatikan publik. Sebaliknya kalau perusahaan lebih banyak bergerak pada komunitas yang tidak secara langsung menemui publik, maka peran PR harus dioptimalkan secara internal.

Morisan, seorang pakar Humas, dengan sangat tepat menguraikan kedudukan Humas dalam konteks organisasi/perusahaan. Menurutnya, ada tiga hal yang turut menentukan, eksistensi departemen Humas pada setiap perusahaan yaitu: Pertama, ukuran organisasi atau perusahaan itu sendiri. Suatu perusahaan kecil mungkin tidak terlalu membutuhkan unit humas tersendiri karena fungsi itu mungkin bisa dirangkap bagian lain. Pada beberapa organisasi tertentu fungsi Humas langsung dirangkap oleh salah seorang Direkturnya. Namun suatu perusahaan besar yang memiliki hubungan dengan khalayak luas sudah cukup membutuhkan suatu departemen Humas tersendiri dengan staf lengkap.

Kedua, nilai atau arti penting fungsi Humas bagi manajemen. Besar kecilnya departemen Humas terkadang dipengaruhi oleh pengetahuan atau kebutuhan pimpinan perusahaan terhadap peran Humas bagi kepentingan organisasi atau perusahaan. Suatu perusahaan keluarga atau perusahaan milik pribadi yang cenderung tertutup, biasanya tidak merasa terlalu membutuhkan fungsi Humas, kalaupun ada, hanya kecil saja. Kondisi ini berbeda dengan perusahaan terbuka yang sudah go public, yang harus lebih transparan, sehingga membutuhkan fungsi humas yang lebih aktif. Disini, pemahaman dan penghayatan pucuk pimpinan terhadap keberadaan Humas sebagai pendukung lini strategis organisasi tentu menjadi sangat menentukan.

Ketiga, karakteristik organisasi atau perusahaan. Setiap perusahaan pasti memiliki kebutuhan tersendiri yang tidak bisa diseragamkan dengan kebutuhan perusahaan lain. Perusahaan pembuat produk konsumen yang bersifat massal, semisal: sabun, shampo atau makanan, pasti lebih mengarahkan dana untuk keperluan periklanan, dan tidak terlalu mementingkan Humas. Hal ini berbeda dengan perusahaan industri yang bersifat teknis misalnya perusahaan yang membuat produk hasil teknologi baru atau perusahaan yang bergerak di bidang asuransi, reksadana, investasi dan sebagainya yang akan lebih mementingkan kegiatan-kegiatan Humas demi mendidik pasar daripada beriklan semata-mata. Humas sebagai fungsi manajemen bagi organisasi tentu diarahkan dalam rangka mencapai tujan organisasi. Ketiga hal ini, bisa menjelaskan mengapa pada suatu organisasi/perusahaan tidak ditemukan departemen Humas, sementara pada organisasi lainnya, Humas menjadi suatu departemen yang sangat berpengaruh dan penting.

Komunikasi dalam Manajemen

Organisasi yang merupakan kerangka kerja (frame of work) dari suatu manajemen adalah sesuatu yang menunjukkan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab yang jelas antara pimpinan dan bawahan dalam suatu suatu sistem manajemen modern. Jabatan pimpinan dalam manajemen PR biasanya disebut manajer humas dan berfungsi sebagai pemimpin sekelompok karyawan. Manajer humas sebagai pimpinan puncak (top manajer) cukup melakukan komunikasi dengan para penanggungjawab atau ketua unitnya masing-masing.

Komunikasi manajemen adalah hal yang paling pokok atau nomor satu, hal ini sesuai dengan pendapat GR Terry “Management is a communication”, yaitu dalam hal penyampaian instruksi di satu pihak, dan pelaksanaan kewajiban di lain pihak. Dengan kata lain manajemen komunikasi adalah alat, bukan tujuan dari suatu organisasi.

a)        Komunikasi vertikal

Yakni, komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas, adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan secara timbal balik. Dalam komuniksi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, penjelasan-penjelasan dan lain-lain kepada bawahannya. Sementara bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan kepada pemimpin. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, atau saran para karyawan sehingga suatu keputusan atau suatu kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi yang lancar, terbuka dan saling mengisi merupakan mencerminkan sikap kepemimpinan yang demokratis. Komunikasi dalam organisasi dapat ditijau dari dua aspek, yakni aspek manajemen komunikasi dan aspek hubungan antar manusianya.

b)        Komunikasi Horizontal

Komunikasi secara mendatar antara anggota staff dengan anggota staff, karyawan sesama karyawan dan sebagainya. Komunikasi ini seringkali berlangsung tidak formal, mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka sedang bekerja, melainkan pada saat istirahat atau waktu pulang kerja. Dalam situasi komunikasi seperti ini, desas-desus cepat sekali menjalar, dan yang didesas-desuskan seringkali mengenai hal-hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan mereka.

c)        Komunikasi Eksternal

Komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi, seperti instansi-instansi pemerintah, departemen-departemen, jawatan-jawatan, perusahan-perusahan, dan lain-lain.

Proses Manajemen Pubic Relations


Public Relation merupakan suatu bentuk kegiatan komunikasi dimana Public Relations lebih menitik beratkan kepada usaha untuk mempengaruhi pendapat public agar dapat bersikap, berpendapat, dan bertingkah laku seperti apa yang telah diharapkan, serta menumbuhkan suasana kerjasama, menciptakan saling pengertian antara public yang berkepentingan dengan perusahaan guna mendapatkan tujuan kedua belah pihak dalam suasana yang saling menguntungkan. 

Berdasarkan uraian tersebut, maka publik relations dapat diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang sekaligus juga merupakan proses komunikasi. Oleh karenanya diperlukanlah suatu tahap yang memungkinkan proses dan kegiatan public relations itu dapat berjalan.
Adapun proses publik relations dibagi menjadi dua yakni
  1. Proses Internal Public Relations
  2. Proses Exsternal Public Relations

Dalam melaksanakan kegiatan Public Relations tersebut, terdapat tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan yang efektif. Tahapan-tahapan tersebut merupakan pola kegiatan komunikasi atau proses Public Relations. Adapun tahapan-tahapan itu menurut Scott M. Cutlip & Allen H. Center proses manajemen public relations sepenuhnya mengacu kepeda pendekatan manajerial. Proses perencanaan ini dapat dilakukan melalui “Empat tahapan atau langkah-langkah pokok” yang menjadi landasan acuan untuk pelaksanaan program kerja kehumasan adalah sebagai berikut :

  • Fact Finding :
Seorang PR harus bisa menjadi seorang intelejen perusahaan guna mengetahui permasalahan dan data yang diperlukan untuk mengetahui situasi perusahaan/organisasi saat ini. Untuk mengetahui keadaan perusahaan saat ini, salah satunya adalah dengan melakukan riset. Riset dapat dilakukansecara informal dan formal. Seorang PR harus mampu mendefinisikan permasalahan yang dilakukan melalui penelitian dengan menganalisa situasi berupa pemahaman, opini, sikap dan perilaku publik terhadap lembaga. 
Penelitian metode informal dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari mengontak informan yang dibutuhkan, melakukan focus group discussion, melakukan analisis online, dan lainnya. Sedangkan riset formal dapat dilakukan dengan mengkaji database online, menganalisis isi wacana, maupun melalui survey. Biasanya, setiap riset digunakan untuk melengkapi data yang ada dan menemukan situasi perusahaan terkini dan masalah yang perlu diatasi guna memberikan citra yang baik.
  • Planning :
Setelah menemukan data dan permasalahan dari perusahaan/organisasi, maka diperlukan strategi dan cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Strategi yang dibuat haruslah tepat, jangan sampai strategi membuat langkah yang salah dan membuat permasalahan komunikasi yang baru bagi perusahaan, atau bahkan krisis di perusahaan tersebut. Strategi yang telah disusun kemudian diturunkan melalui berbagai program atau aktivitas yang dapat dilakukan secara konkret. Perencanaan yang dilakukan dapat meliputi misi dan peran, indikator keberhasilan, menentukan target audience, budgeting, timeline, dan aksi secara lebih rinci.
  • Communicating :

Langkah ketiga dalam Manajemen PR adalah mengimplementasikan perencanaan strategi yang telah disusun. Dalam tahap ini PR harus mengkomunikasikan pelaksanaan program sehingga mampu mempengaruhi sikap publiknya yang mendorong mereka untuk mendukung pelaksanaan program tersebut. Dalam eksekusi program, PR harus bisa membingkai pesan yang ingin disampaikan sehingga mudah diterima oleh target audience. Tentunya, aksi, strategi maupun program yang dilakukan harus responsif terhadap permasalahan. Program yang dilakukan pun harus terkoordinasi dengan baik guna mencapai hasil yang diinginkan. Rencanakan program anda sebaik mungkin, jangan lupa siapkan Plan B jika hasil tidak sesuai ataupun proses tidak berjalan sesuai rencana.
  • Evaluating :
Proses Manajemen PR tidak hanya berhenti sampai perencanaan strategi dan implementasi program, namun membutuhkan proses evaluasi untuk mengukur keberhasilan program yang dilakukan. Tahap ini PR melakukan penilaian terhadap hasil-hasil pelaksanaan program dari perencanaan, pelaksanaan program, pengkomunikasian, sampai keberhasilan atau kegagalan yang terjadi dari program tersebut. Dalam proses evaluasi, selain memungkinkan seorang PR untuk menilai efektivitas program PR yang sudah dilakukan,evaluasi juga membantu dalam menyusun perencanaan strategi dan program selanjutnya. Evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan melaksanakan riset evaluasi. Riset dilakukan untuk mengukur proses yang sudah dilakukan dengan standar indikator yang ditetapkan di awal perencanaan strategi.


Dalam prakteknya, keempat proses Manajemen PR ini akan terus dilakukan berkelanjutan. Proses yang berkelanjutan ini biasa disebut PR Cycle, terus berputar dan berkesinambungan. 



referrences:
  • Cutlip, Scott M., Allen H. Center, Glen M. Broom. 2009. Effective Public Relations: Tenth Edition. United State of America: Prentice Hall
  • Dan, Lattimore; Baskin, Otis; Arronoff, Craig. 1997. Public Relations: The Profession and The Practice. United States of America: Brown & Benchmark Publishers