Wawancara atau interview pada
hakekatnya adalah proses tanya jawab yang berlangsung antara dua orang atau
lebih. Namun intinya selalu ada dua pihak yang terlibat, pihak pertama adalah
reporter, interviewer atau pewawancara dan pihak kedua adalah narasumber,
interviewee atau orang yang diwawancarai.
Wawancara harus dilandasi
tujuan dan terfokus pada tema yang disiapkan, terencana untuk mendapatkan atau
memperjelas informasi tertentu. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan, menggali
dan memperjelas informasi tentang suatu peristiwa, kebijakan dan sebagainya.
Lebih spesifik, Masduki (2001) menjabarkan tujuan wawancara, yaitu :
- memastikan kebenaran dan
     aktualitas fakta atau mengonfirmasi.
 - memperoleh pernyataan resmi
     langsung dari sumbernya.
 - menggali sudut pandang atau opini
     pihak yang diwawancarai atau pihak lain melalui perantara narasumber.
 - memformulasikan suatu masalah.
 - memperoleh suara yang mewakili
     masyarakat.
 - menciptakan gaya berita
     bercerita.
 - meningkatkan citra pribadi
     reporter.
 - memperkuat kredibilitas radio
     dibidang informasi.
 - melengkapi detail data yang
     kurang, tetapi penting.
 - menyambung kesenjangan hubungan
     narasumber dengan media, dan pada gilirannya, hubungan narasumber dengan
     publik.
 
Meski tujuan wawancara
bermacam dan beda-beda tetapi efek bagi media akan tetap sama. Wawancara yang
baik akan meningkatkan kredibilitas media. Sebaliknya wawancara yang buruk,
pewawancara tidak smart, akan menurunkan kredibilitas media.
Jenis-jenis Wawancara
Berdasarkan aktualitas atau
periode penyiarannya, wawancara dibagi dua, yaitu :
- Wawancara langsung (live interview). Wawancara dilakukan dan diudarakan secara langsung, bisa disimak oleh pendengar saat itu juga. Wawancara jenis ini nilainya sangat tinggi, tetapi tantangannya juga besar. Pewancara harus smart dan menguasai medan, serta permasalahan yang diangkat. Reporter juga harus betul-betul siap menghadapi hal-hal yang tak terduga entah dari narasumber, lokasi dan lainnya.
 - Wawancara tertunda (delayed interview). Wawancara yang direkam terlebih dahulu, diedit kalau perlu baru diudarakan. Wawancara jenis ini lebih aman, tetapi aktualitas yang harus dikorbankan.
 
Berdasarkan lokasi
wawancara, maka wawancara diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yakni :
- on the spot interview.
     Wawancara di lokasi kejadian, langsung pada saat peristiwa berlangsung
     dengan sosok-sosok kunci yang terkait dengan tema pemberitaan. On the spot
     interview memiliki fungsi yang sangat penting, karena lewat wawancara
     jenis ini suasana atau mood peristiwa diangkat dibawa ke ruang pendengar.
     Menambah nilai nowness dan juga menambah kredibilitas media karena
     menguatkan atau menegaskan bahwa suatu peristiwa atau isu yang diliputnya
     memang nyata dan factual.
 - Studio Interview.
     Wawancara dilakukan di studio atau lokasi khsusus yang disiapkan sebagai
     studio (misalnya on air booth di pameran-pameran), narasumber hadir.
     Wawancara dilangsungkan dan diudarakan-terekam atau live langsung
     disiarkan. Wawancara ini lebih aman, karena biasanya sudah direncanakan
     sebelumnya.
 - Teleconference.
     Wawancara yang bisa berlangsung di lokasi kejadian atau di studio. Namun
     narasumber tidak hadir secara fisik. Wawancara dilakukan melalui media
     komunikasi, handphone, atau fasilitas teleconference lainnya. Wawancara
     ini biasanya dilakukan dalam keadaan mendesak, dengan pertimbangan masalah
     yang diliput aktual, kalau ditunda atau menunggu kehadiran narasumber atau
     sampai narasumber punya waktu, momennya bisa menghilang. Padahal justru
     momen itulah yang penting.
 
Berdasarkan pihak-pihak
yang terlibat, wawancara terbagi menjadi :
- Wawancara Tokoh. Yang diwawancarai
     tokoh-tokoh tertentu mewakili bidang-bidang yang relevan dengan tema
     wawancara. Tokoh diwawancarai karena kompetensinya, layak dan memiliki
     pemahaman seputar tema yang akan diangkat. Bisa juga karena selebritasnya,
     tidak penting apa temannya, yang penting adalah status selebritasnya.
 - Vox Pop.
     Wawancara ini berdasar karena media adalah media rakyat
     atau media publik. Maka fungsi utama rmedia adalah menjadi corong suara
     rakyat dan menghubungkannya dengan elit pemerintah atau penguasa.
     Narasumbernya siap saja, rakyat kebanyakan. Masalah yang digali dan
     diangkat tentang kehidupan rakyat  sehari-hari, missal kenaikan BBM,
     kenaikan harga kebutuhan pokok, dampak kebijakan baru, atau tanggapan atas
     peristiea yang menggegerkan dan sebagainya.
 - Press Conference.
     Konferensi pers, sejatinya adalah momen dimana pihak tertentu mengundang
     pers atau wartawan untuk menyimak mereka mengungkapkan informasi, menjelaskan
     atau mengklarifikasi. Yang punya maksud dan tujuan untuk  mengangkat
     isu tertentu dimedia bukanlah media itu sendiri,  melainkan pihak
     diluar media. Media tidak dipaksa untuk memuat atau mengangkat hasil pers
     conference. Tetapi lazimnya konferensi pers diselenggarakan karena ada isu
     yang mendesak.   
 
Wawancara berdasarkan cara
penyajiannya terbagi dua (Masduki,2001), yaitu :
- Insert. Wawancara
     yang disajikan sebagai pelengkap berita. Durasi insert tidak
     panjang, paling lama 30 detik untuk sisipan berita radio. Sebelum
     disajikan insert harus
     diolah lebih dahulu.
 - Program khusus. Wawancara
     disajikan sebagai program khusus wawancara atau talk
     show.
     Wawancara berbentuk atraksi utuh dan lengkap bagi pendengar. Panjang
     pendeknya wawancara tidak ditentukan oleh berita-seperti insert, tetapi
     oleh slot waktu
     atau durasi program yang tersedia.
 
Wawancara berdasarkan gaya wawancara
(Masduki,2001), terbagi  atas :
- Wawancara keras dan memaksa.
     Gayanya seperti penyidik, polisi, atau jaksa melakukan klarifikasi fakta
     atau meminta penjelasan, menginterogasi.
 - Wawancara emosional. Wawancara
     yang bertujuan menggali dan mengekspos emosi. Apakah sedih, marah, kecewa
     atau bahagia yang meluap-luap. Pewawancara dituntut untuk berempati dan
     menyesuaikan diri dengan mood, tetapi tidak berarti harus ikut naik darah
     atau berurai air mata.
 - Wawancara santai. Dilangsungkan
     dengan gaya santai
     berbincang antar sahabat. Alamiah, informal, tetapi mendalam. Pewawancara
     dituntut bisa menampakkan sikap yang ramah, bersahabat, membuat narasumbernya
     rileks dan akrab. Pendekatan humor sering dipakai untuk mempertegas nuansa
     alamiah dan informal.
 






0 komentar:
Posting Komentar